Ruri lagi santai-santai di kamarnya. Di pangkuannya terdapat majalah remaja yang baru saja dipinjamnya dari Kak Echi.
“Wah… foto persahabatan!!!!” mata Ruri terpaku pada salah satu halaman dari majalah itu. Itu adalah pengumuman tentang lomba foto persahabatan. Ruri langsung teringat akan empat sahabatnya, Eni, Sasa, Desi, dan Melly. Tapi….
“Peserta harus sudah duduk di kelas VI SD. Foto persahabatan terdiri dari maksimal 3 orang, mengenakan pakaian casual. Foto harus bertemakan persahabatan …” Ruri membaca pelan. “Wah… maksimal 3 orang, sementara kita semua berlima… Wahh… nggak bisa deh…” Ruri menggeleng pelan.
“Hai Ruri!!!!”
Tiba-tiba, Eni, Sasa, Desi, dan Melly masuk ke dalam kamarnya.
“Hai…. dari tadi ditungguin kok baru datang sekarang…”
Keempat sahabatnya hanya tertawa saja.
“Ini, Mamaku tadi buatin makanan kecil buat kita semua…” Desi menyodorkan sekantong penuh kue kering buatan mamanya.
“Waah… pasti enak deh!!!”
Berlima mereka menikmati kue kering pemberian Mama Desi.
“Eeh.. apa nih?” Melly mengambil majalah yang tadi diletakkan Ruri begitu saja. “Foto persahabatan???”
Ruri mengangguk, “Tapi kita nggak bisa ikutan. Soalnya maksimal cuma bertiga aja…”
“Waah sayang ya… padahal lucu tuh ya kalau kita ikutan…”desah Sasa.
“Iya… lucu juga…” Eni menimpali.
Ruri terpekur. Sampai keesokan harinya, lomba foto persahabatan itu terus mengganggu pikirannya. Dia ingin mengikuti lomba itu, tapi siapa yang akan dipilihnya untuk berfoto bersamanya??? Mereka kan bersahabat lima orang, kalau hanya dipilih 3 orang, tentu saja harus ada yang dikorbankan. Tapi, siapa yang mau dikorbankan???
Sore ini mereka berlima berkumpul di rumah Desi.
“Aku kepikiran terus nih sama lomba foto persahabatan…” ujar Desi.
Ruri yang sedang baca komik jadi kaget. Ternyata Desi juga berpikiran sama dengan dirinya!!!
“Kita kan udah kelas VI, kita bersahabat, jadi harusnya kita bisa ikut lomba foto persahabatan itu…”
“Tapi kan… harus bertiga aja, sedangkan kita semua berlima.” kata Eni.
“Ya… kalau begitu, kita pilih aja tiga orang dari kita…” ujar Desi.
“Jadi maksud kamu pilih yang paling cantik di antara kita berlima!!!” mata Melly membulat. “Udah pasti aku nggak kepilih deh!!! Aku kan jelek, gendut, kalau dibandingin sama kamu mah jauh…” ujarnya sedikit sewot.
Tuuh kan!!! Jadi berantem deh….
“Aku… aku nggak bermaksud begitu…” ujar Desi tergagap-gagap.
“Maksud kamu apa jadinya?!?!?!” kali ini Sasa menimpali. “Aku juga pasti nggak bakal kepilih kan?! Aku kan kurus, ceking, mana bisa dibandingin sama kamu, Ruri, atau Eni?!?!?!”
“Aduh, udah deh!!!!” Ruri buru-buru melerai. “Nggak usah diributin. Kita nggak usah ikutan foto persahabatan itu aja.”
Tapi, suasana terlanjur tidak enak. Melly dan Sasa langsung pura-pura sibuk, Desi tampak serba salah, sementara Eni tampak bingung harus membela yang mana.
Ruri tidak suka suasana seperti ini.
“Sudahlah teman-teman. Kita semua kan bersahabat, jangan ngambek-ngambekan gitu dong.” ujarnya bersuaha mencairkan suasana.
“Iya maaf deh.” ujar Desi “Aku kan cuma pengen ikutan lomba ini aja. Kan lucu loh. Lagipula hadiahnya menarik. Tapi… kalau itu membuat kalian ngambek, ya nggak usah aja deh…”
“Daripada kita ribut-ribut, mendingan begini aja deh…” Eni tiba-tiba nyeletuk. “Yang ikutan foto biar aku, Ruri, dan Desi. Melly kan jagoan design baju, nah biar Melly yang ngerancang baju kita. Nah, Sasa… Papa kamu kan fotografer, kamu bisa minta bantuan papa kamu untuk fotoin kita.…”
Ruri tersenyum, lucu juga ide itu.
Melly mengangguk. “Boleh juga ya…” dia langsung sibuk menggambar sketsa baju untuk Desi, Ruri, dan Eni.
Akhirnya mereka berlima jadi seru membicarakan rencana foto persahabatan itu.
Dua hari kemudian, baju rancangan Melly telah jadi. Dia minta bantuan Mamanya untuk menjahitkan. Mereka kemudian mendatangi studio foto milik Papanya Sasa. Mereka terkejut mendapati Sasa tengah memegang sebuah kamera besar.
“Sasa…”
Sasa hanya nyengir. “Hehe… aku diajarin Papaku juga. Ayo sini, aku yang fotoin.”
Suasana pemotretan berjalan dengan penuh canda tawa. Melly membantu Sasa bertindak sebagai pengarah gaya. Sebentar-sebentar dia memberikan instruksi kepada Ruri, Desi, dan Eni. Sasa asyik dengan kameranya. Gayanya benar-benar mirip fotografer professional!!!
Tak disangka-sangka, ternyata foto mereka dinyatakan sebagai pemenang. Ruri, Desi, dan Eni diundang untuk menerima piala persahabatan. Mereka senang sekali. Berlima, mereka datang ke tempat penyerahan piala.
Ruri didaulat teman-temannya untuk menerima piala.
“Terima kasih semuanya…” ujar Ruri saat piala persahabatan sudah diberikan kepadanya. “Kami berlima adalah sahabat karib. Tadinya kami sempat berselisih karena foto persahabatan hanya boleh tiga orang saja. Kami sudah hampir tidak jadi ikut lomba ini, tapi sahabat-sahabat saya memang adalah sahabat sejati. Walaupun yang muncul di foto itu hanya saya, Desi, dan Eni, namun Melly dan Sasa juga ikut membantu. Melly yang merancang baju yang kita kenakan waktu pemotretan, dan Sasa yang memotret kami …”
Para juri terperangah. Mereka tidak menyangka bahwa foto itu adalah hasil kerjasama anak-anak yang baru duduk di kelas VI SD.
“Persahabatan bukan hanya sekedar di saat suka saja. Bila ada masalah, sahabat sejati akan selalu bersama. Bila ada masalah, sahabat sejati akan memecahkannya bersama. Bila ada masalah, sahabat sejati tidak akan meninggalkan satu sama lain…”
Ruri tersenyum dan mengangkat piala itu tinggi-tinggi. Saat dia kembali ke tempat duduknya, Eni, Desi, Melly, dan Sasa memeluknya dengan erat. Memang persahabatan tidak dapat dihancurkan oleh apapun, tidak juga oleh selembar foto persahabatan.
“Ehmmm…. permisi….” seorang perempuan muda mendekati mereka. “Yang mana yang namanya Melly?”
Melly mengangkat tangannya, “Ada apa, Mbak?’
“Saya melihat hasil rancangan kamu, bagus sekali. Kamu mau ikut lomba perancang muda?”
Melly tersenyum senang, dia mengangguk penuh semangat.
“Maaf, yang mana yang namanya Sasa?” tanya seorang pemuda berkumis lebat.
“Saya…” Sasa mengacungkan tangannya.
“Ini…” pemuda itu menyodorkan sebuah selebaran. Lomba fotografi cilik, tertulis di sana. “Kami memohon partisipasi Anda untuk mengikuti lomba fotografi cilik.”
Sasa mengangguk kuat-kuat. Dia tersenyum lebar sekali.
“Maaf mengganggu… Desi, Eni, dan Ruri.” salah seorang anggota tim juri mendekati mereka.
“Yaaa…” sahut Desi, Eni, dan Ruri berbarengan.
“Kalian mau ya ikutan jadi model cilik. Gaya kalian fotogenik sekali. Kalian pasti bisa jadi model professional…”
Kali ini Ruri, Eni, dan Desi yang bersorak-sorai. Mereka berlima berpelukan sambil tertawa-tawa. Pesahabatan sejati memang dapat mendatangkan hal-hal yang indah!!!
Foto Persahabatan - By Irena - Copyrights 2007