Aku terbangun karena suara riuh di sekitarku. Astaga! Apa yang terjadi?! Tubuh teman-temanku bergelimpangan di sekitarku. Darah yang amis tampak tergenang di sekitar mereka
"Teman-teman..." Panggilku dengan lirih.
Mereka tidak menjawab. Mereka sudah mati!
Dengan ngeri kuedarkan pandangan ke sekelilingku. Beberapa tubuh tanpa kepala malah sudah dikuliti dengan sadisnya. Siapa yang melakukan ini semua?! Mengapa teman-temanku dibantai dengan sedemikian sadisnya?!
Kudengar teriakan ribut di sudut ruangan. Beberapa temanku yang masih hidup tampak merapatkan diri di sana.
"Ada apa ini?"
Belum sempat mereka menjawab, terdengar teriakan kencang. Aku berpaling dan mendapati salah satu temanku bersimbah darah. Luka menganga lebar dari lehernya.
Aku gemetar ketakuan menyaksikan pemandangan mengerikan itu. Tubuh temanku terkulai dengan lemas. Aku berteriak-teriak ketakutan. Suaraku keluar dalam lengkingan pilu yang menyayat hati.
"Yang mana, Bu?" Kudengar suara lain. Suara yang berasal dari pita suara yang berbeda dengan pita suara milikku.
"Yang itu." Suara ini lebih tinggi. Kulihat pemilik suara tinggi itu dan tercekat saat menyadari jemarinya menunjuk ke arahku.
Aku menjerit sekuat tenaga saat kurasakan tangan pemilik suara pertama mencengkram kakiku. Teman-teman yang meringkuk di pojokan memandangku dengan tatapan sedih. Sepertinya mereka menyadari kalau ini adalah kebersamaan kami yang terakhir.
"Selamat tinggal, Teman.." Bisik salah satu dari mereka.
"Tolong buang bulu dan kulitnya. Lalu potong menjadi delapan bagian."
Aku mendengar suara yang lebih tinggi berkata-kata. Aku sempat menangkap kelebatan sinar pisau saat benda jahanam itu diambil. Aku tahu sebentar lagi aku akan dibantai habis-habisan.
Srrrttt...
Pisau jahanam itu digoreskan ke pangkal leherku. Aku menjerit sekuat tenaga, tapi yang keluar dari pita suaraku hanyalah jeritan yang lemah. Pandanganku mulai rabun saat aku mencoba untuk berteriak untuk yang terakhir kalinya.
'Kaaoookkkk...'
"Teman-teman..." Panggilku dengan lirih.
Mereka tidak menjawab. Mereka sudah mati!
Dengan ngeri kuedarkan pandangan ke sekelilingku. Beberapa tubuh tanpa kepala malah sudah dikuliti dengan sadisnya. Siapa yang melakukan ini semua?! Mengapa teman-temanku dibantai dengan sedemikian sadisnya?!
Kudengar teriakan ribut di sudut ruangan. Beberapa temanku yang masih hidup tampak merapatkan diri di sana.
"Ada apa ini?"
Belum sempat mereka menjawab, terdengar teriakan kencang. Aku berpaling dan mendapati salah satu temanku bersimbah darah. Luka menganga lebar dari lehernya.
Aku gemetar ketakuan menyaksikan pemandangan mengerikan itu. Tubuh temanku terkulai dengan lemas. Aku berteriak-teriak ketakutan. Suaraku keluar dalam lengkingan pilu yang menyayat hati.
"Yang mana, Bu?" Kudengar suara lain. Suara yang berasal dari pita suara yang berbeda dengan pita suara milikku.
"Yang itu." Suara ini lebih tinggi. Kulihat pemilik suara tinggi itu dan tercekat saat menyadari jemarinya menunjuk ke arahku.
Aku menjerit sekuat tenaga saat kurasakan tangan pemilik suara pertama mencengkram kakiku. Teman-teman yang meringkuk di pojokan memandangku dengan tatapan sedih. Sepertinya mereka menyadari kalau ini adalah kebersamaan kami yang terakhir.
"Selamat tinggal, Teman.." Bisik salah satu dari mereka.
"Tolong buang bulu dan kulitnya. Lalu potong menjadi delapan bagian."
Aku mendengar suara yang lebih tinggi berkata-kata. Aku sempat menangkap kelebatan sinar pisau saat benda jahanam itu diambil. Aku tahu sebentar lagi aku akan dibantai habis-habisan.
Srrrttt...
Pisau jahanam itu digoreskan ke pangkal leherku. Aku menjerit sekuat tenaga, tapi yang keluar dari pita suaraku hanyalah jeritan yang lemah. Pandanganku mulai rabun saat aku mencoba untuk berteriak untuk yang terakhir kalinya.
'Kaaoookkkk...'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar